Connect with us

Budaya

Hujan Mengiringi Pemakaman Suami Najwa, Quraish Shihab Menyebutnya Sebagai Tanda RAHMAT Allah

Di tengah hujan lebat saat pemakaman suami Najwa, Quraish Shihab menafsirkan bahwa itu adalah rahmat dari Tuhan, meninggalkan para pelayat merenungkan makna yang lebih dalam di balik air mata alam.

Hujan memberkati pemakaman Najwa

Ketika kami berkumpul untuk memberi hormat kepada Ibrahim Sjarief Assegaf saat pemakaman beliau pada tanggal 21 Mei 2025, hujan deras turun di TPU Jeruk Purut, Jakarta, menciptakan suasana yang suram namun penuh makna. Hujan tersebut mencerminkan kesedihan kolektif dari mereka yang hadir, saat kami mengenang Ibrahim dan dampak yang telah ia berikan dalam hidup kami. Banyak dari kami merasakan ikatan yang mendalam dengan momen itu, karena hujan tidak hanya hadir secara fisik tetapi juga sebagai simbol sesuatu yang lebih dalam.

Quraish Shihab, ayah mertua Ibrahim, menyampaikan pidato kepada para pelayat, menafsirkan hujan sebagai tanda rahmat dan kasih sayang Allah untuk almarhum. Ia mengingatkan kami akan sebuah ayat Al-Qur’an, yang menyatakan bahwa hujan menandakan keberkahan ilahi, khususnya bagi orang-orang saleh. Perspektif ini sangat resonan bagi kami, memberikan penghiburan di saat yang sulit. Kami merenungkan bagaimana hujan dapat dilihat sebagai simbol ilahi, memperkuat keyakinan bahwa karakter dan kehidupan Ibrahim layak mendapatkan pengakuan dari langit.

Saat kami berdiri bersama, berbagi momen dan cerita tentang Ibrahim, hujan menjadi bagian tak terpisahkan dari memori kolektif kami. Setiap tetes seakan menggema tawa dan kebaikan yang telah ia bagikan kepada kami, mengingatkan bahwa bahkan dalam kesedihan, ada saat-saat kebahagiaan yang layak dirayakan. Kehadiran banyak pelayat yang hadir menunjukkan betapa besar pengaruh Ibrahim dalam kehidupan banyak orang, dan hujan terasa seperti penghormatan terhadap karakter baiknya.

Quraish menekankan bahwa kehadiran hujan saat pemakaman menandakan persetujuan Allah. Pandangan ini memberi ketenangan kepada keluarga Ibrahim, karena mereka merasa seperti pelukan ilahi di saat kehilangan. Kami menyadari bahwa momen-momen hubungan ilahi tersebut sering datang dalam bentuk yang tak terduga. Hujan yang deras dan terus-menerus itu seolah-olah mengangkat semangat kami, memaksa kami untuk mengingat Ibrahim bukan hanya dalam berkabung tetapi juga dalam rasa syukur atas waktu yang telah kami lalui bersama.

Dalam saat itu, kami menyadari bahwa hujan lebih dari sekadar fenomena cuaca; itu adalah pengingat yang kuat akan cinta dan hormat yang kami miliki untuk Ibrahim. Kami meninggalkan pemakaman dengan rasa damai, mengetahui bahwa yang ilahi telah mengakui hidupnya melalui curahan hujan. Saat awan berarak dan langit mulai cerah, kami merasa adanya komitmen baru untuk menghormati ingatannya dan melanjutkan warisannya berupa kasih sayang dan kebaikan.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Trending

Copyright © 2025 The Speed News Indonesia