Kesehatan
Pasien Dipaksa Pindah, Layanan Kesehatan Terganggu di Rumah Sakit Umum Bekasi
Diterjang banjir parah, Rumah Sakit Umum Bekasi menghadapi pemindahan pasien yang kacau dan terganggunya layanan kesehatan, menimbulkan pertanyaan kritis tentang kesiapan di masa depan. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Saat banjir parah melanda RSUD dr Chasbullah Abdulmadjid di Bekasi pada 4 Maret 2025, kami menemukan diri kami bergulat dengan konsekuensi langsung pada layanan kesehatan. Air banjir membanjiri area kritis di rumah sakit, termasuk ruang pasien dan lorong, memaksa kami menghadapi bukan hanya gangguan fisik tetapi juga implikasi serius untuk perawatan pasien. Protokol darurat diaktifkan, tetapi kekacauan tersebut menyoroti kerentanan sistemik dalam infrastruktur kesehatan kami.
Di tengah meningkatnya air, tim kami harus memprioritaskan evakuasi pasien. Kami segera menilai pasien mana yang memerlukan pemindahan segera ke area yang lebih aman, sementara yang lain menghadapi kenyataan pahit tetap dalam kondisi yang terganggu. Gangguan layanan terlihat saat kami berjuang dengan kehilangan daya yang disebabkan oleh banjir, membuat kami bergantung pada generator darurat. Situasi semakin rumit karena tekanan keuangan yang ada; Kementerian Kesehatan berhutang rumah sakit Rp 145 miliar dalam pembayaran layanan Covid-19 yang belum dibayar. Utang ini telah membatasi sumber daya kami, dan banjir hanya memperburuk tantangan operasional kami.
Saat kami mendiskusikan skenario yang terjadi, menjadi jelas bahwa dampak dari banjir tersebut bersifat multifaset. Keselamatan pasien terancam, tidak hanya karena ancaman air langsung tetapi juga karena kemampuan rumah sakit untuk memberikan perawatan yang memadai terancam. Kualitas layanan kesehatan yang dapat kami tawarkan berkurang di bawah kondisi ini, menyebabkan kekhawatiran yang meningkat di antara staf dan komunitas. Rasanya seolah-olah kami berada di ambang krisis yang bisa meluas melampaui hanya satu kejadian.
Banjir di Bekasi bukan insiden terisolasi; ini mencerminkan pola tantangan lingkungan yang lebih luas yang dihadapi komunitas kami. Banyak warga menyuarakan kekecewaan mereka dan meminta perbaikan infrastruktur yang mendesak untuk mencegah gangguan di masa depan. Seruan mereka bergema bagi kami karena kami mengakui bahwa tanpa investasi yang tepat dalam fasilitas kesehatan dan kesiapsiagaan darurat kami, kami berisiko mengulangi sejarah.
Saat kami melangkah maju, kami harus mendorong perubahan sistemik yang memastikan rumah sakit kami dapat bertahan dari bencana alam. Jelas bahwa keadaan saat ini tidak berkelanjutan, dan kami berhutang pada komunitas kami untuk menuntut yang lebih baik. Ketahanan sistem kesehatan kami bergantung pada tindakan proaktif dan komitmen untuk melindungi perawatan pasien. Bersama-sama, kami dapat mendorong reformasi yang diperlukan untuk melindungi kesehatan komunitas kami di saat krisis.